Cara mensyukuri nikmat Allah Ta'ala menurut Islam. Melakukan rutinitas kegiatan yang sama dari hari ke hari tanpa berusaha menjadikan diri ini menjadi lebih baik. Selain itu, ada juga golongan orang yang bukan sekedar tak bersyukur tetapi malah menyesali takdir. Selalu mempertanyakan kenapa begini dan kenapa begitu. Atau selalu berkata seandainya begini dan seandainya begitu tanpa ada usaha yang nyata. Terlebih dari itu, mereka bahkan tak menyadari ada potensi luar biasa yang telah Allah anugerahkan kepada mereka. Salah satu bentuk syukur kita tak lain dengan mengetahui, memahami dan mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang telah Allah beri melalui berbagai skill luar biasa.
Selayaknya seorang muslim itu senantiasa bergerak untuk menghasilkan keberkahan hidup. Sebagaimana pepatah arab mengatakan “Taharrok fainna Fil harokah barokah”, yang artinya bergeraklah, karena di dalam pergerakan itu ada keberkahan (kebaikan). Jika ghirah terhadap kebaikan sudah lemah, dan semangat fastabiqul khoirot sudah lenyap dari hati dan fikiran kita, maka hal ini berpotensi akan mematikan hati. Jika hati sudah mati, hilanglah kepekaan terhadap peluang kebaikan.
Banyak hal yang bisa kita petik dari kisah mereka yang terlebih dahulu telah sukses. Mungkin kita akan mendapati bahwa kesuksesan mereka tak datang begitu saja. Tapi berawal dari usaha mereka, keoptimisan mereka sebagaimana katak yang optimis menjalani hidup di luar tempurung. Kita juga akan mendapati mungkin hidup mereka dahulu jauh lebih buruk dari kita, tinggal di rumah yang lebih sederhana dari kita, makan dengan makanan yang jauh lebih tak enak dari kita.
Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta'ala Menurut Islam
Ketika kepekaan terhadap peluang kebaikan atau amal shalih sudah hilang, maka kehidupan akan terasa hampa., seolah menjadi wujuduhu kaadamihi, keberadaannya sama seperti tidak ada. Bergeraklah untuk menangkap peluang-peluang amal shalih yang setiap hari berseliweran di hadapan kita. Karena keengganan kita dalam bergerak untuk mengambil peluang amal shalih, itu mengindikasikan lemahnya ghirah kita terhadap kebaikan. Dan lebih dekat dengan sifat-sifat kemunafikan. Naudzubillah.
Orang-orang semacam itu wajib segera dibangunkan dari kelalaian. Jangan sampai anugerah umur dari Allah disia-siakan begitu saja tanpa ada pergerakan untuk berlomba meraih amal shalih sebanyak-banyaknya. Lagi pula untuk apa kita hadir ke dunia ini kalau tidak untuk beramal shalih. Jika tidak menggunakan kesempatan hidup untuk amal shalih, niscaya kehidupan kita akan sangat rapuh dan dipenuhi kesedihan yang kadang-kadang tidak jelas asalnya dari mana.
Orang yang banyak berbuat amal shalih akan dijauhkan dari kesedihan, seperti yang disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 277 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Mereka berhasil bangkit, dari kemurungan menuju keceriaan, dari aktivitas yang begitu-begitu saja menjadi aktivitas yang lebih bermanfaaat. Mereka keluar dari kata tak mungkin menjadi mungkin, dari rasa yang tak berguna menjadi berguna, dari pesimis menajdi optimis. Itulah yang merubah mereka dari yang lemah menjadi kuat jiwanya hingga akhirnya banyak hal yang bisa dilakukan, banyak orang yang bisa dibantu, banyak amalan yang bisa dilaksanakan.
Bergeraklah dan berlombalah untuk meraih kebaikan dan amal shalih, agar hidup menjadi semakin hidup, dan terciptalah keberkahan-keberkahan yang mengantarkan kita pada kebahagiaan. Semoga nasehat sederhana ini mampu menggerakkan hati untuk segera lari dari kelalaian dan sibuk untuk beramal shalih. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing kita dan semoga kita istiqomah.
Selayaknya seorang muslim itu senantiasa bergerak untuk menghasilkan keberkahan hidup. Sebagaimana pepatah arab mengatakan “Taharrok fainna Fil harokah barokah”, yang artinya bergeraklah, karena di dalam pergerakan itu ada keberkahan (kebaikan). Jika ghirah terhadap kebaikan sudah lemah, dan semangat fastabiqul khoirot sudah lenyap dari hati dan fikiran kita, maka hal ini berpotensi akan mematikan hati. Jika hati sudah mati, hilanglah kepekaan terhadap peluang kebaikan.
Banyak hal yang bisa kita petik dari kisah mereka yang terlebih dahulu telah sukses. Mungkin kita akan mendapati bahwa kesuksesan mereka tak datang begitu saja. Tapi berawal dari usaha mereka, keoptimisan mereka sebagaimana katak yang optimis menjalani hidup di luar tempurung. Kita juga akan mendapati mungkin hidup mereka dahulu jauh lebih buruk dari kita, tinggal di rumah yang lebih sederhana dari kita, makan dengan makanan yang jauh lebih tak enak dari kita.
Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta'ala Menurut Islam
Ketika kepekaan terhadap peluang kebaikan atau amal shalih sudah hilang, maka kehidupan akan terasa hampa., seolah menjadi wujuduhu kaadamihi, keberadaannya sama seperti tidak ada. Bergeraklah untuk menangkap peluang-peluang amal shalih yang setiap hari berseliweran di hadapan kita. Karena keengganan kita dalam bergerak untuk mengambil peluang amal shalih, itu mengindikasikan lemahnya ghirah kita terhadap kebaikan. Dan lebih dekat dengan sifat-sifat kemunafikan. Naudzubillah.
Orang-orang semacam itu wajib segera dibangunkan dari kelalaian. Jangan sampai anugerah umur dari Allah disia-siakan begitu saja tanpa ada pergerakan untuk berlomba meraih amal shalih sebanyak-banyaknya. Lagi pula untuk apa kita hadir ke dunia ini kalau tidak untuk beramal shalih. Jika tidak menggunakan kesempatan hidup untuk amal shalih, niscaya kehidupan kita akan sangat rapuh dan dipenuhi kesedihan yang kadang-kadang tidak jelas asalnya dari mana.
Orang yang banyak berbuat amal shalih akan dijauhkan dari kesedihan, seperti yang disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 277 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Mereka berhasil bangkit, dari kemurungan menuju keceriaan, dari aktivitas yang begitu-begitu saja menjadi aktivitas yang lebih bermanfaaat. Mereka keluar dari kata tak mungkin menjadi mungkin, dari rasa yang tak berguna menjadi berguna, dari pesimis menajdi optimis. Itulah yang merubah mereka dari yang lemah menjadi kuat jiwanya hingga akhirnya banyak hal yang bisa dilakukan, banyak orang yang bisa dibantu, banyak amalan yang bisa dilaksanakan.
Bergeraklah dan berlombalah untuk meraih kebaikan dan amal shalih, agar hidup menjadi semakin hidup, dan terciptalah keberkahan-keberkahan yang mengantarkan kita pada kebahagiaan. Semoga nasehat sederhana ini mampu menggerakkan hati untuk segera lari dari kelalaian dan sibuk untuk beramal shalih. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing kita dan semoga kita istiqomah.