Seringkali kita merasa orang lain beruntung, enak, lebih hebat dan sebagainya. Hanya karena kita sedang melihat sosoknya sedang ramai dibahas di media massa, atau karir hidupnya baru saja sampai ke puncak dengan beragam capaian-capaian positif yang mengagumkan. Namun satu hal yang mungkin sering dilupakan, sekalipun ini bisa dipahami dengan mudah.
3 Kunci Kesuksesan dalam Islam
Nabi Yusuf adalah satu contoh nyata kehidupan, bagaimana beliau tidak saja mampu sukses sebagai diri, tetapi juga sebagai saudara dalam keluarga, sukses sebagai pemimpin dan tentu saja sukses mengalahkan tipu daya setan yang ingin merusak hubungan kekeluargaan dengan saudara-saudaranya sendiri. Dan, itulah sukses sejati.
Dari kisah tersebut, jelas bahwa Islam menghendaki umatnya sukses dalam banyak sisi, bukan semata sebagai pribadi, saudara, anak, dan pemimpin keluarga, tetapi juga sukes memenangkan tipu daya setan, sehingga yang dicapai tidak semata capaian materi, namun juga ketentraman hati dan inspirasi kebaikan bagi perjalanan umat manusia dari generasi ke generasi.
Di dalam Al-Qur’an, hanya penghuni surga yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung (sukses). Firman Allah Ta'ala, “Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 20). Berikut ini adalah 3 kunci kesuksesan dalam Islam:
1. Berusaha
Firman Allah Swt, “Tahukah kalian, siapa yang disebut Mukmin? Pertanyaan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ini dijawab sendiri: “Yang disebut Mukmin adalah orang yang membuat harta dan jiwa orang lain aman.Sedangkan Muslim adalah orang yang membuat orang lain selamat dari perkataan dan perbuatannya.
Orang yang berusaha adalah orang yang senantiasa berjuang dalam ketaatan kepada Allah. Sedangkan orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa. (HR. Bukhari).
Kebanyakan manusia modern hanya secara berpikir instan, bagaimana tanpa proses panjang dan berlelah-lelah, hasil sudah bisa digenggam dan dinikmati. Mungkin saja hal itu tercapai, tapi tidak sedikit yang kemudian hidupnya diterpa badai kepayahan dan kehinaan. Koruptor, pengedar narkoba, dan pelaku kejahatan mulai dari rakyat sampai pejabat, pasti hidup dalam ketidaktenangan bathin, betapapun ia tinggal di rumah megah dengan kendaraan mewah.
Untuk menggapai kesuksesan, dalam hidup jangan pernah abaikan proses dan syariat. Pastikan proses kita lalui dengan baik dan mantabkan diri bahwa proses yang dijalani sesuai dengan ketentuan syariat. Di sinilah mujahadah itu harus diupayakan.
Dengan berusaha melakukan mujahadah dalam mengisi kehidupan, maka sungguh pintu keberhasilan itu pasti akan Allah bukakan. Imam al-Ghazali pernah bertutur, bahwa ada seorang ulama yang membiasakan untuk bersikap bijaksana, menghilangkan kebiasaan marah dalam dirinya. Ia memaksa jiwanya untuk setiap saat bersikap sabar. Paksaan itu ia lakukan dengan keras, sampai ia benar-benar sabar dan bijak. Caranya dengan meniru setiap kebiasaan orang-orang yang sabar.
2. Amanah
Jika dipercaya orang lain, maka jangan sekali-kali mengkhianatinya. Sebab tidak amanah adalah keburukan luar biasa. Rasulullah bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban). Hal ini diperkuat lagi dalam hadits yang lain; “Tunaikan amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu menghianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Ahmad).
Sebagai anak, hendaknya menjalankan amanah orang tua dengan sungguh-sungguh. Belajar dengan disiplin, ibadah dengan baik dan membelanjakan uang yang diserahkan sepenuhnya untuk mendukung keberhasilan belajar.
Sebagai istri, menjalankan amanah ialah dengan mentaati semua wasiat, perintah dan larangan suami yang didasarkan pada syariah Allah dan Rasul-Nya, menjaga rumah dengan penuh kesungguhan, dan mendidik anak sepenuh hati.
Demikian pula pada status diri sebagai apapun, sungguh dimensi amanah melekat kuat dalam kehidupan setiap Muslim. “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27).
3. Berpikir Positif
Bagaimana mungkin kita tidak mau berprasangka baik kepada-Nya, sedangkan segala sesuatu diciptakan dengan hikmah (tidak sia-sia).
وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَہُمَا بَـٰطِلاً۬ۚ ذَٲلِكَ ظَنُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ فَوَيۡلٌ۬ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنَ ٱلنَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…” (QS: Ash-Shood: 27).
Berprasangka baiklah kepada Allah. Apalagi, Allah Ta’ala akan memposisikan hamba sesuai dengan prasangkanya kepada-Nya. “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).
Teguhkan hati jalankanlah perintah Allah Swt, jangan terbesit keinginan untuk mendapatkan apapun dengan cara batil dan berkhianat. Jika ini berhasil dilakukan, insya Allah sukses alias keberuntungan akan benar-benar semakin dekat dengan kenyataan, jadi dan menekuni apapun kita dalam kehidupan dunia.
Untuk melengkapi artikel tentang 3 kunci kesuksesan dalam Islam, menjadi apapun dalam hidup ini kita mesti berpegang teguh pada apa yang diteladankan oleh Rasulullah. Firman Allah Ta'ala, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69).